Suatu hari Nabi Isa as berkata kepada Hawariyyun (murid-muridnya), “Aku mempunyai keperluan dan permintaan kepada kalian. Jika kalian berjanji akan menepatinya, maka aku akan sampaikan.”
“Kami akan patuh atas segala perintahmu”, jawab murid-muridnya.
Lalu Nabi Isa as berdiri dari tempat duduknya, dan membasuh satu per satu kaki mereka. Para muridnya merasa berat untuk menerima hal ini, namun apa boleh buat, mereka telah berjanji.
Setelah kaki mereka dibasuh oleh Nabi Isa as, mereka pun berkata, “Ya Nabi Allah, engkau adalah guru kami. Kamilah yang seharusnya membasuh kakimu, bukan engkau yang membasuh kaki kami.”
Nabi Isa as menjawab, “Aku lakukan ini sebagai pelajaran bagi kalian, bahwa yang paling pantas berkhidmat kepada masyarakat adalah seorang yang alim. Kulakukan ini agar aku bersikap rendah hati, dan kalian pun belajar bersikap merendahkan diri. Sepeninggalku kelak, kalianlah yang bertanggungjawab untuk mengajar dan membimbing masyarakat. Jadikanlah sifat tawadhu’ (merendahkan diri) dan sikap khidmat kepada masyarakat sebagai jalan dan prinsip kalian.
Sungguh, ilmu hikmah akan tumbuh di atas dasar tawadhu’, bukan di atas dasar takabbur (sikap sombong); sebagaimana tumbuh-tumbuhan, dia tumbuh di atas tanah yang subur, bukan di pegunungan yang keras.”
(dikutip dari buku “Kisah Sejuta Hikmah” oleh Murtadha Muthahhari)