oleh: Nilna
Paling tidak ada enam prinsip yang bisa kita latih dan kita biasakan ketika “rasa malas” dan “perasaan dongkol” mulai merasuki jiwa kita.
Pertama, kalau Anda pada dasarnya sukar dan lambat menyesuaikan diri pada suatu tugas tertentu, maka semakin Anda mengasyiki pekerjaan itu, semakin cepat Anda menjadi “panas” dan gairah. Andapun tumbuh untuk terus melanjutkan pekerjaan orang tua tersebut.
Dalam praktek, rasa enggan untuk memulai suatu pekerjaan hanya dapat diatasi dengan sedikit “menahan” hati untuk terus berusaha melanjutkan pekerjaan. Cukup beberapa menit saja. Insya Allah, tak berapa lama kemudian, secara menakjubkan, tiba-tiba Anda merasa betah dan tak lagi ingin menghentikan pekerjaan.
Kedua, sebaiknya Anda mengistirahatkan sebentar otak Anda sebelum melangkah ke pekerjaan berikutnya. Itu lebih baik daripada Anda terpaksa menunda suatu pekerjaan yang sudah terlanjur merebut segenap perhatian Anda.
Daripada berhenti lama di tengah jalan, lebih baik mengulur waktu “keberangkatan”. Istirahatlah sejenak. Persiapkan segala “peralatan” yang diperlukan dan antisipasi segala gangguan yang bakal datang. Sebab, berhenti separo “perjalanan” disaat Anda tengah asyik dalam suatu pekerjaan, bisa menyebabkan pekerjaan itu terhenti lama dan rasa enggan mulai merasuk pikiran. Konsentrasi lalu pecah dan ide utama yang tadi sedang dikerjakan bisa-bisa turut menghilang, atau paling tidak tinggal sebagian.
Ketiga, kalau perasaan Anda terganggu atau terguncang, maka usaha Anda yang pertama dalam suatu pekerjaan lebih rendah mutunya dibandingkan dengan usaha selanjutnya. Semakin tenang emosi Anda, semakin baik hasil pekerjaan.
Keempat, usaha dan tekad bulat untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, terutama jika pada mulanya tak mungkin atau sukar dilakukan akan menggairahkan Anda bagi pekerjaan itu, asal tugas itu tak melebihi tenaga Anda. Para ahli ilmu jiwa menamakannya “reaksi atas kegagalan”. Rasa mendongkol karena mula-mula gagal, mungkin akan memicu kelenjar-kelenjar buntu Anda, hingga energi Anda mendapat “cambukan” dan Anda akhirnya bisa bekerja lebih baik. Semakin bulat tekad Anda, makin mudah Anda memacunya. Itulah dia energi “dongkol”.
Kelima, kalau pekerjaan Anda meminta usaha otot yang tangkas dan halus, Anda bisa lebih cepat “start”. Tentu, bila Anda melakukan sedikit latihan pendahuluan, alias “warming up” (pemanasan), karena serabut-serabut otot tidak bisa mengerut sepenuhnya ketika masih baru dirangsang.
Keenam, akal dan daya pikir Anda dipertinggi setelah otot-otot Anda digunakan dan dirangsang sehingga dengan bekerja terus, Anda bisa menambah kapasitas Anda. Insya Allah, demikian.