Apa biasanya yang anda baca? Mungkin anda sering membaca apa saja, tanpa peduli buat apa dan bagaimana sebaiknya? Lebih-lebih saat membaca berita, terkadang kita jadi bingung, yang benarnya yang mana?
Kita tentu maklum, bukankah pemikir-pemikir yang kreatif itu jumlahnya sedikit sekali. Sedangkan para pengeritik dan ‘tukang puji’ memang ratusan, bahkan ribuan banyaknya. Sebetulnya apa yang dikatakan para pengeritik dan para pemuji itu tidak begitu penting. Malahan banyak diantara mereka sebetulnya juga tak mengerti benar inti masalahnya. Sebab itu, sebaiknya jauh lebih bermanfaat membaca karya-karya besar, lalu bentuklah pendapat sendiri.Para pengeritik dan penelaah bukanlah orang-orang penindak atau orang-orang yang mempunyai gagasan asli. Mereka terutama terbiasa membicarakan ‘gunjing’ ringan sehari-hari.
Akibatnya banyak gagasan-gagasan para pemikir besar sering terkacau-balaukan oleh tulisan-tulisan para penulis ‘kecil’ yang dangkal isinya. Lagi pula banyak diantara mereka semata-mata ‘tukang coret’ saja. Sudah jadi pengalaman sejarah, hampir setiap pemikir mulanya diserang oleh orang-orang semacam itu. Orang-orang ini menulis untuk menyenangkan sesamanya, dan bukan untuk menyeberangkan gagasan-gagasan kepada masyarakat umum. Ukuran mereka selalu ukuran di masa lalu. Mereka selalu menentang segala yang baru atau yang membangun. Karena itu mereka bukanlah penunjuk jalan yang dapat dipercaya. Anda harus membaca karya-karya besar dan karya-karya baru, lalu mari kita belajar membentuk pendapat kita sendiri. Dengan demikian, apa yang kita baca tak ‘kan percuma, berlalu begitu saja.
Kunyah Dulu, Baru Telan
Jika ada dua berita atau informasi yang saling bertentangan, maka sebaiknya baca informasi dari kedua belah pihak. Dalam membaca pun kita harus bersikap adil dan berpikiran terbuka. Mana tahu setelah memperoleh masukan dari kedua belah pihak, sikap kita justru akan kian dewasa. Penilaian kita terhadap suatu opini pun tak akan mudah terombang-ambing begitu saja. Pendek kata, jangan mudah percaya begitu saja pada satu berita. Memang terlalu banyak orang membaca cenderung secara pasif dan lekas percaya. Bahkan sangat mungkin kebanyakan orang membaca hanya untuk memperkuat pendapat yang telah ia anut. Mereka tidak berpikir lagi. Mereka hanya percaya saja. Ini tentu bukanlah sikap yang tepat bagi setiap orang yang cerdas.
Jadi, sebaiknya bacalah untuk memperoleh keterangan-keterangan (fakta), bukan pendapat-pendapat (opini). Fakta dan opini itu jelas berbeda. Fakta akan menunjukan jalan kepada kita menuju kebenaran. Sedangkan opini cenderung memutarbalikan pikiran kita. Itulah pokok yang terpenting.
Jangan Seperti Baca Koran
Apabila anda membaca buku ilmiah, anda harus membacanya dengan pikiran yang lapang. Anda harus mau menerima pelajaran. Jika seorang sarjana telah mempelajari suatu persoalan, dan memuat 200 percobaan, satu-satunya jalan bagi anda untuk membahasnya ialah anda harus pula mempelajari persoalan itu dan membuat 300 percobaan.
Akan tetapi jika anda membaca buku yang mengemukakan suatu pendapat atau bisikan propaganda, anda harus membacanya dengan kritis. Anda harus menempatkan diri sebagai seorang hakim, bukan seseorang yang mudah percaya saja. Anda harus setuju atau tidak setuju. Anda harus mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak kesimpulan-kesimpulan buku atau koran itu. Tangkaplah intisari buku itu. Tutuplah buku itu dan pastikanlah bahwa anda telah menyerap gagasan-gagasan baru dengan sempurna ke dalam pikiran anda. Mungkin anda harus mengulangi membaca suatu bagian dari bab itu.
Kebanyakan kita agak ceroboh dalam membaca, karena sudah terbiasa membaca surat-surat kabar dan dengan demikian kita jadi pembaca yang jelek. Kita telah terbiasa membaca halaman demi halaman dengan sepintas lalu saja. Jika isi buku itu ringan atau jika isi buku itu berupa cerita pendek atau kosong isinya kita bolehlah membacanya dengan cepat dan ceroboh seperti yang kita kehendaki.
Akan tetapi jika isi buku itu mendalam, kita harus memberikan perhatian sebagaimana mestinya. Bolak-baliklah gagasan baru itu berkali-kali dalam pikiran anda. Tanyalah kepada diri sendiri, apakah artinya gagasan ini bagi saya? Apakah gagasan itu mengubah pendapat dan metode saya yang dulu? Bagaimanakah saya dapat menggunakan atau menyesuaikan gagasan ini pada tujuan saya sendiri?
Dengan demikian anda menjadikan gagasan baru itu menjadi milik anda. Anda menambahkannya kepada pengetahuan anda yang berguna dan menarik bagi anda. Dengan demikian anda mengembangkan kebijaksanaan anda, dan jika anda bisa menggunakan gagasan baru itu secara praktis maka anda telah meningkatkan efisiensi diri anda.
Bagaimana menurut Anda?
*** Penulis: Nilna Iqbal