Kendati memang hati adalah rahasia ilahi, tetapi saya yakin, sesungguhnya hati adalah juga “pintu” kita dalam memahami segala sesuatu, dan bahkan sebenarnya “pintu rahasia” menuju sumber-sumber pengetahuan hakiki. Yang menjadi masalah kita sesungguhnya adalah, kita sering sekali tidak mendengarkan suara-suara yang digumamkan hati kita. Kita menjadi “tuli” dan tak mengenalnya. Ia menjadi “seseorang” yang berbeda, bahkan melawan kita. Barangkali kita memang belum berhasil membangun hubungan yang baik dengan “suara-suara nurani” kita.
Saya pernah dengar, beberapa ulama di zaman dulu sering melakukan “puasa bicara” agar ia mampu “mendengar dengan jelas” bisikan-bisikan pengetahuan dan kebijakan yang keluar dari “suara ilahi” .
Kini saya mau mencoba untuk lebih serius mendengar suara itu. Kadang ia memberitahuku akan adanya sesuatu yang masih misteri bagiku. Kadang ia mengingatkanku agar “istighfar” ketika tak sadar aku melakukan dosa. Kadang ia mengajariku memaknai berbagai peristiwa.
Tapi kadang ia seperti melawanku, atau mengkhianatiku. Agaknya aku mesti belajar “bersahabat” dengannya, sehingga ia menjadi “sahabat baikku”. Barangkali aku perlu mempelajari suara-suara apa yang disampaikan “alam hati” ku ini. Aku yakin, disitulah bermuara semua pengetahuanku, semua pengalamanku, bahkan semua pemahaman bawah sadarku. Bukan di “otak”, tapi di hati itulah ia berada. Ia akan tetap hidup bahkan saat aku meninggalkan alam fana ini.
Bahkan kuyakin juga, disanalah sesungguhnya pintu “pengetahuan hakiki” bisa kita masuki. Walau kita belum tahu cara membukanya …